Dosa adalah suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah swt. Tidak ada
dosa besar atau pun dosa kecil, karena pada hakikatnya setiap dosa
adalah bentuk pembangkangan seorang hamba kepada sang pencipta yakni
Allah swt.
Dalam perjalanan kehidupan
sehari-hari terkadang kita mendapati sebagian masyarakat melakukan suatu
perkara yang dianggap biasa padahal perkara itu mengandung dosa
didalamnya. Inilah perkara-perkara yang dianggap biasa disekitar kita :
1. Berdoa atau meminta sesuatu kepada selain Allah
Berdoa atau meminta sesuatu kepada selain Allah swt adalah merupakan perbuatan syirik. Syirik yaitu menyekutukan Allah swt dengan sesuatu selain-Nya. Syirik merupakan dosa besar yang paling besar, dan bentuk kemungkaran yang paling mungkar. Allah swt mengancam tidak akan mengampuni dosa syirik bagi siapa pun yang mati dalam keadaan berbuat syirik. Allah swt berfirman :
Berdoa atau meminta sesuatu kepada selain Allah swt adalah merupakan perbuatan syirik. Syirik yaitu menyekutukan Allah swt dengan sesuatu selain-Nya. Syirik merupakan dosa besar yang paling besar, dan bentuk kemungkaran yang paling mungkar. Allah swt mengancam tidak akan mengampuni dosa syirik bagi siapa pun yang mati dalam keadaan berbuat syirik. Allah swt berfirman :
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikendaki (Q.S. An-Nisa : 48)
Namun sebagian kaum muslimin, membiasakan
dan membudayakan serta menganggapnya sebagai ibadah, perbuatan syirik
tersebut seperti : meminta kepada ahli kubur (penghuni kuburan yang
dianggap wali), bernadzar untuk selain Allah swt, mengharapkan berkah
dari pohon, batu dan sejenisnya, serta meminta perlindungan kepada
selain Allah swt. Menggunakan zimat-zimat dengan anggapan bahwa zimat
tersebut dapat menolak bahaya, meminta kepada dukun dan lain-lain yang
semua ini telah diharamkan dalam Islam.
2. Riya’ dalam ibadah
Riya merupakan sikap menampakkan ibadah dengan tujuan ingin dilihat manusia dan mengharap pujian dari orang lain. Perilaku ini seperti memperindah sholat jika banyak orang, menceritakan tentang amal-amal yang pernah dilakukannya dengan maksud agar orang yang mendengarnya memujinya.
Riya merupakan sikap menampakkan ibadah dengan tujuan ingin dilihat manusia dan mengharap pujian dari orang lain. Perilaku ini seperti memperindah sholat jika banyak orang, menceritakan tentang amal-amal yang pernah dilakukannya dengan maksud agar orang yang mendengarnya memujinya.
Perbuatan riya’ adalah perbuatan yang
sangat dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan perbuatan tersebut
termasuk salah satu perbuatan syirik (syirik kecil) yang dapat menghapus
semua amal kebaikan. Allah swt berfirman:
“Dan apabila mereka hendak sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali hanya sedikit sekali (Q.S. An-Nisa : 142).
3. Thiyarah
Thiyarah adalah perasaaan hati yang selalu merasa bernasib sial atau meramal nasib baik atau buruk karena melihat burung, binatang lainnya atau suatu kejadian tertentu. Allah swt berfirman:
Thiyarah adalah perasaaan hati yang selalu merasa bernasib sial atau meramal nasib baik atau buruk karena melihat burung, binatang lainnya atau suatu kejadian tertentu. Allah swt berfirman:
”Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata “ini adalah karena (usaha) kami” dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang besertanya (Q.S. Al-A’raaf :131).
Perbuatan tersebut oleh Nabi saw dianggap
perbuatan syirik yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan ini
merupakan dosa besar.
4. Bersumpah dengan nama selain Allah
Sumpah adalah salah satu bentuk pengagungan, karenanya tidak layak diberikan melainkan hanya kepada Allah swt. Dalam sebuah hadits marfu’ dari ibnu Umar
Sumpah adalah salah satu bentuk pengagungan, karenanya tidak layak diberikan melainkan hanya kepada Allah swt. Dalam sebuah hadits marfu’ dari ibnu Umar
diriwayatkan:
5. Duduk bersama orang-orang munafik atau fasik untuk beramah tamah
Banyak diantara kaum muslimin sadar atau tidak sadar sengaja bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat, bahkan mungkin juga bergaul dengan orang yang menghina atau melencehkan syariat Islam. Tidak diragukan lagi, perbuatan semacam ini adalah perbuatan yang diharamkan, sebagaiman Allah swt berfirman:
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nama nenek moyangmu. Barangsiapa bersumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah atau diam” (H.R. Bukhari).
Oleh karena itu tidak dibenarkan
seseorang untuk bersumpah dengan nama selain nama Allah, misalnya
bersumpah dengan kemuliaan Nabi, para wali, nenek moyang, demi ka’bah,
dan semisalnya.
Banyak diantara kaum muslimin sadar atau tidak sadar sengaja bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat, bahkan mungkin juga bergaul dengan orang yang menghina atau melencehkan syariat Islam. Tidak diragukan lagi, perbuatan semacam ini adalah perbuatan yang diharamkan, sebagaiman Allah swt berfirman:
“Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu) (Q.S. Al-An’am : 68)
6. Tidak tuma’ninah dalam sholat
Tuma’ninah adalah diam beberapa saat
sehingga tenang anggota badan. Para ulama memberi batasan sekedar waktu
yang diperlukan untuk membaca tasbih. Misalnya dengan tidak meluruskan
punggung saat ruku’ dan sujud, tidak tegak ketika bangkit dari ruku’ dan
sujud, semuanya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian
kaum muslimin. Apabila seseorang melakukan hal tersebut maka tidak sah
sholatnya, Rasulullah saw bersabda :
“Tidak sah sholat seorang, sehingga ia meluruskan punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (H.R. Abu Daud 1/533, lihat Shahihul Jami’ hadits no. 7224).
7. Mendahului imam secara sengaja dalam sholat.
Dalam sholat berjamaah sadar atau tidak
sadar, banyak orang yang mendahului imam baik dalam hal ruku’, sujud
bahkan mendahului imam dalam salam, perbuatan ini dianggap remeh oleh
sebagian besar umat Islam. Maka Rasulullah saw mengingatkan dengan
ancaman yang keras sebagaimana sabdanya:
“Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, akan dirubah oleh Allah kepalanya menjadi kepala keledai” (H.R. Muslim).
8. Masuk masjid setelah memakan bawang atau sesuatu yang berbau tidak sedap
Barangsiapa yang memakan bawang merah
atau bawang putih yang mentah atau sesuatu yang mendatangkan bau yang
dapat mengganggu konsentrasi orang sholat maka hendaklah jangan datang
ke masjid dan diam dirumahnya itulah yang lebih baik baginya kecuali
apabila telah hilang baunya. Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah hendaklah ia menjauhi kami. Dalam riwayat lain disebutkan, hendaknya ia menjauhi masjid kami dan diam di rumahnya (H.R. Bukhari lihat Fathul Bari, 2/339).
Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang
langsung ke dalam masjid usai bekerja, lalu ketiak dan kaos kakinya
menebarkan bau tak sedap, dan lebih buruk dari itu adalah orang-orang
yang membiasakan merokok yang hukumnya telah diharamkan oleh kebanyakan
ulama kemudian mereka masuk ke masjid dan menebarkan bau yang mengganggu
kekhusyuan orang-orang yang shalat.
9. Jabat tangan dengan wanita yang bukan mahram
Pada zaman sekarang jabat tangan antara laki-laki dan perempuan hampir sudah merupakan tradisi, bahkan diangap sebagai sesuatu yang lumrah. Kalau mereka melihat dengan jernih persoalan tersebut menurut syara’ tentu mereka tidak akan melakukannya. Rasulullah saw bersabda:
Pada zaman sekarang jabat tangan antara laki-laki dan perempuan hampir sudah merupakan tradisi, bahkan diangap sebagai sesuatu yang lumrah. Kalau mereka melihat dengan jernih persoalan tersebut menurut syara’ tentu mereka tidak akan melakukannya. Rasulullah saw bersabda:
“Sungguh ditusukkan kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada ia menyentuh wanita yang tidak halal” (H.R. Ath-Tabrani lihat Shahihul jami’ hadits no. 4921).
0 komentar:
Posting Komentar